Memalukan deh, tiap kali pulang dari rumah tetangga, si kecil selalu bawa oleh-oleh mainan. Pasti dia mengambilnya begitu saja tanpa izin.
Coba deh periksa boks mainan batita Anda. Pasti akan Anda temukan sejumlah mainan "asing" yang bukan miliknya. Bukan cuma itu, Anda juga bakal menemukan benda-benda lainnya, entah lipstik atau bolpoin yang hilang beberapa waktu lampau, dan sebagainya. Ini memang perilaku khas anak batita. Kemunculannya disebabkan dorongan rasa ingin tahu (curiosity) pada sesuatu yang dia lihat atau orang lain pakai. Saat anak lain memainkan robot-robotan, misal, si batita penasaran dan ingin memainkannya juga, meski di rumah sebenarnya dia memiliki mainan tak kalah bagus. Selain itu, anak mulai senang mengenali dan menggali hal hal di lingkungannya. Inilah yang memunculkan sikap ingin mencoba hal-hal baru atau benda yang sama sekali belum dikenalnya. Tak heran, telepon genggam, lipstik, gunting, dan aneka benda lain dalam sekejap sudah ada dalam genggamannya. Karenanya, psikolog Sani B. Hermawan tak setuju bila orangtua memarahi si batita, apalagi sampai mengatakan dia telah mencuri barang milik orang lain. "Anak batita belum tahu mengenai hak milik. Dia menyangka semua benda yang ada adalah miliknya dan untuknya," ujar Direktur Lembaga Psikologi Daya Insaniini. Namun, bukan berarti kita boleh membiarkannya begitu saja. Justru ini bisa menjadi gerbang bagi orangtua untuk mengajari anak norma-norma sosial yang berlaku, sekaligus aturan boleh-tidak. "Anak harus diberi tahu tentang hak milik. Ada barang milik dia, milik ibu, ayah, bahkan teman-temannya. Hak itu harus dihargai. Berikan contoh dengan logika terbalik, 'Kamu mau tidak barangmu diambil temanmu tanpa bilang?' Jelaskan juga, ada etika meminjam, seperti meminta izin terlebih dahulu." Jadi, ajarkan etika meminjam. Pada tahap awal, tentu anak perlu diawasi dan diberi pemahaman tentang apa yang boleh dan tak boleh dilakukan terhadap barang tersebut. Durasinya pun singkat, artinya barang itu harus cepat dikembalikan. Barulah setelah anak dapat bertanggung jawab, dia perlu diberi kepercayaan dan durasinya boleh agak lama, tentunya atas seizin si empunya. Selain itu, ingatkan anak agar memelihara barang milik orang lain dan tidak merusaknya. Hal ini untuk membentuk sikap menghargai. Selanjutnya terang-kan, barang itu adalah barang orang lain yang harus dikembalikan. Jangan lupa untuk menga-jarkan terima kasih pada saat mengembalikan. Jika anak ngambek tak mau mengembalikan, orangtua perlu menjelaskan hak dan kewajiban dengan sederhana, bahwa barang itu bukan barang miliknya (hak), dan kewajibannyalah untuk mengembalikan secara baik-baik. Tanyakan, apa yang membuatnya sangat tertarik pada benda tersebut. Di rumah, ajak dia mencari benda miliknya yang mirip dengan barang/mainan kepunyaan temannya itu. Dengan demikian, anak tak terlalu merasa kehilangan jika mainan temannya dikembalikan. Walaupun bereaksi sedih, anak harus dituntun untuk mengembalikan benda pada orang yang meminjamkan. Di sisi lain, anak pun harus diajarkan menghargai barang miliknya. Kalau tidak, mungkin saja ia menyenangi barang orang lain tetapi tidak menghargai barang miliknya. Sikap ini cenderung mendorongnya untuk selalu merebut milik orang lain. Atasi dengan mengembalikan rasa bangga pada diri anak terhadap benda-benda miliknya. Caranya, kenalkan hal-hal positif dan kelebihan dari mainannya. Entah itu robotnya yang bisa bergerak, bersuara, atau bonekanya yang lucu. Jika ada barang yang tak boleh dimainkan, berikan penjelasan dengan baik. "Adek tidak boleh memainkan barang ini karena kalau jatuh dan pecah, Ibu tidak dapat memakainya lagi." Dengan demikian anak bisa memahami dan sekaligus mendapat informasi yang memuaskan. Jika anak tidak patuh pada aturan, membandel, dan tak mau dinasihati, jelaskan secara perlahan dan berulang sampai ia paham. AJARKAN BERBAGI Tahap selanjutnya, anak bisa diajarkan berbagi. Jika dia biasa meminjam mainan temannya, maka mainan miliknya juga boleh dipinjam orang lain. Agar pesan kita mudah ditangkap, cobalah cari contoh lain yang akrab dengan anak. Bisa berupa makanan, buku bergambar, bacaan, dan lain-lain. Mulailah dari anggota keluarga terlebih dahulu. Saat anak hendak mengambil pulpen milik ayah, jelaskan dia harus meminta izin terlebih dahulu, plus mengucapkan terima kasih saat mengembalikan. Selain itu, jadilah teladan buat anak. Ajarkan bagaimana menghargai hak milik orang lain. Contoh, saat melihat kue lezat si kecil terhidang di meja, jangan sekali-kali mengambilnya tanpa izin. Ingat, kue itu milik anak yang harus dihargai. Mintalah izin dan jangan memaksa mengambil jika anak tak mengizinkan. Hal lain yang perlu diingat, jangan sekali-kali menyerahkan mainan atau benda milik anak kepada anak lain tanpa seizinnya. Itu tidak hanya melukai anak, tapi juga mengajarinya untuk tidak menghargai hak milik orang lain. Jangan lupa, anak belajar dari apa yang dilihat dari orang terdekatnya. Jika Anda sering melanggar hak orang lain, jangan harap anak bisa menghargai kepunyaan orang lain. Saeful Imam. Foto: Iman/NAKITA sumber :http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=09422&rubrik=batita
cewek pula tuh yah? Kasian euy, ga dapet ajaran yg baik dr ortunya :(
BalasHapusgak ngerti deh, Rin. Dulu kan sering maen ke rumah, suka ambil makanan gitu, gak ijin juga. Bahkan sampe buka2 lemari es juga :-(
BalasHapusidihhhh, parahhhh
BalasHapusjadi inget anaknya tukang cuci dirumah yg lama
kl lg nyuci or nyetrika bawa anaknya udah deh maenan abang pasti berantakan.
Sampe ada kenang2an coretan namanya di dinding teras rumahku :D
Tp blom sampe buka2 kulkas sendiri sih :D
Klo yg soal makanan ibunya akhirnya ngerti sendiri tuh. Pas jemput anaknya ke rumah :-D
BalasHapusDuh ini orang tuanya jelas sekali kurang peduli sama anaknya ya mbak...
BalasHapusDeleh njero ae Dy sepedane.
BalasHapusaja taroh luar mba sepedane....nek ketemu boahe dikandani wae mba. mungkin orang tuane ga pernah ngajari minta ijin..
BalasHapusdikasih tahu ke ortunya aja Dy, biar dibilangin ke anaknya
BalasHapuskalau ortunya juga cuek, ya ketahuan kan darimana si anak dapet contoh sikap kek gitu :-D
tfs bund,
BalasHapusterus terang ini pun masih menjadi PR ku u/ jibran mengenalkan etika berbagi dan sharing.
mungkin orang tuanya N sudah mengajarkan ke N tapi N nya yang belum paham, ada baiknya emang diberitau pelan2 ke ortu N biar ga keterusan... setujuuu??
kalo aku gini..
BalasHapuskalo kita mengajarkan anak kita untuk tidak mengambil ato pinjam tanpa ijin ke orang laen,aku juga menerapkan hal yang sama. saat ada orang laen di rumah dan mau minjem ato ngambil maenan anak2...aku cegah dulu.."maaf ini maenan kakak faadhil/ade ojan jadi jangan di bawa ya"
emang sih kesan pelit ada tapi dengan seperti ini aku bisa mengajarkan langsung pada anak2 untuk tidak mengambil punya orang laen
Emang harus diajari tata krama tuh anak tetangga itu, bunda....omong baek2 aza ke ortunya....
BalasHapusAku menerapkan kalo pinjam barang orang harus ngomong dulu....tuk menghindari kayak begini..
BalasHapussusah memang dy
BalasHapusduluuu aku pernah curhat tetangga yg suka masuk ke dalam rumah, ngembat makanan anak2 tanpa ijin, bikin senep bgt, apalg umurnya dah belasan
ditegur saja anaknya, sekali 2 mgkn ga ngaruh tp lama2 pasti anaknya ngerti
kl ortunya kurang ngajarin, ya kita ajari dgn cara lain
ho oh kudu ditegor. Next time lu tegor sambil lu ambil aja sepedanya jeng. Bilang sama tuh anak, kalau mau pinjem harus persetujuan yg punya, kalo yg punya gak minjemin ya gak boleh duoooonk.
BalasHapusKyknya emang bbrp orang tua masih seneng ngeluarin argumen "namanya juga anak-anak..." padahal ya kapan lagi mau ngajarin life skill termasuk etika dsb kalo gak dari anak-anak?