19 Apr 2010

Apa Susahnya Bilang Pinjam

Sore tadi dibuat jengkel ama anak tetanggaku. Gara2nya, sepeda Fayyaz dia pakai tanpa ijinKami tinggal di perumahan sistem cluster yg gak ada pagarnya. Kebetulan sepeda Fayyaz ditaroh di depan, di carport. Jadi emang memungkinkan ada yg pakai begitu aja. 
Sebetulnya ini bukanlah kejadian pertama. Awalnya kapan, udah lupa sih. Tapi yang jelas dalam rentang waktu seminggu ini, dia sudah melakukannya 3x!!!!
Pertama pas senin minggu lalu (12 Apr). Waktu itu kebetulan mobil dipake ayah ke kantor. Di carport cuman ada motor & sepeda Fayyaz. Pas sore, anak2 tetangga pada maen. Eh, tahu2 kok si anak itu (sebut saja N) datang ke rumah trus ngambil sepeda begitu aja. Gak ketok2 pintu apalagi minta ijin. *sigh* Pas kebeneran fayyaz dah bangun tidur siang. Langsung deh aku bilang, "kakak, sepedanya dipake ama N. Sekarang kakak keluar ya, bilang baek2 ama N, tapi kakak gak boleh nangis2". Dan akhirnya Fayyaz ikutan maen bareng2 mereka. O iya, N ini cewek umurnya dah mo 6thn. 
Kejadian ke-2, hari sabtu kemaren. Kebetulan kita pergi abis ashar. Pas pulang, kok posisi sepeda berubah gitu. Hmmm, bukan menuduh sih. Tapi ya pasti ada yg abis pakai lah. Gak mungkin berubah begitu aja. Kenapa kok langsung mikirnya N yg pakai. Ya karna emang sebelum2 ini (emang dah lama sih), sering begitu.
Klo yang tadi sore, sebetulnya tuh sepeda udah ketutupan ama mobil. Tapi tetep maen ambil aja tuh. Sebelumnya tuh anak datang gitu ke rumah, manggil2 Fayyaz. Gak sendirian sih, bareng2 ama 2 anak yg laen. Aku bilang klo fayyaz lagi tidur. Eh, kok abis itu malah ngambil sepeda Fayyaz, trus dipakai gitu aja. Gimana gak jengkel. Langung aja aku keluar, trus aku bilang "maaf ya, khan Fayyaz nya lagi tidur. Kok malah sepedanya dipakai". Bukannya mengkeret, tuh anak malah cengar cengir. "Loh, kan belum minta ijin, kok maen pakai aja". Tapi kagak ngaruh bo', sambil bilang "pinjem ya" sambil ngeloyor gitu aja. Udah gitu pas ngembaliin tuh sepeda jg maen taroh aja. Gak terus permisi n bilang terima kasih. Ampun dah  Ada setengah jam deh tuh sepeda dipakai ama dia. 
Mulai besok tuh sepeda mo dimasukkan aja. Malam ini masih parkir di teras, nanggung rodanya kotor hehehe. Niatku sih klo pas ada kesempatan mo ngomong ama ibunya N. Biar dia tahu lah bagaimana tingkah anaknya. 
Ini juga jadi pelajaran buatku. Sedini mungkin harus mengajarkan etika pada anak2. Mudah2an dimampukan deh.
================================================================
"Aku TIDAK MENCURI!"

Memalukan deh, tiap kali pulang dari rumah tetangga, si kecil selalu bawa oleh-oleh mainan. Pasti dia mengambilnya begitu saja tanpa izin.

Coba deh periksa boks mainan batita Anda. Pasti akan Anda temukan sejumlah mainan "asing" yang bukan miliknya. Bukan cuma itu, Anda juga bakal menemukan benda-benda lainnya, entah lipstik atau bolpoin yang hilang beberapa waktu lampau, dan sebagainya.

Ini memang perilaku khas anak batita. Kemunculannya disebabkan dorongan rasa ingin tahu (curiosity) pada sesuatu yang dia lihat atau orang lain pakai. Saat anak lain memainkan robot-robotan, misal, si batita penasaran dan ingin memainkannya juga, meski di rumah sebenarnya dia memiliki mainan tak kalah bagus.

Selain itu, anak mulai senang mengenali dan menggali hal hal di lingkungannya. Inilah yang memunculkan sikap ingin mencoba hal-hal baru atau benda yang sama sekali belum dikenalnya. Tak heran, telepon genggam, lipstik, gunting, dan aneka benda lain dalam sekejap sudah ada dalam genggamannya.

Karenanya, psikolog Sani B. Hermawan tak setuju bila orangtua memarahi si batita, apalagi sampai mengatakan dia telah mencuri barang milik orang lain. "Anak batita belum tahu mengenai hak milik. Dia menyangka semua benda yang ada adalah miliknya dan untuknya," ujar Direktur Lembaga Psikologi Daya Insaniini.

Namun, bukan berarti kita boleh membiarkannya begitu saja. Justru ini bisa menjadi gerbang bagi orangtua untuk mengajari anak norma-norma sosial yang berlaku, sekaligus aturan boleh-tidak. "Anak harus diberi tahu tentang hak milik. Ada barang milik dia, milik ibu, ayah, bahkan teman-temannya. Hak itu harus dihargai. Berikan contoh dengan logika terbalik, 'Kamu mau tidak barangmu diambil temanmu tanpa bilang?' Jelaskan juga, ada etika meminjam, seperti meminta izin terlebih dahulu."

Jadi, ajarkan etika meminjam. Pada tahap awal, tentu anak perlu diawasi dan diberi pemahaman tentang apa yang boleh dan tak boleh dilakukan terhadap barang tersebut. Durasinya pun singkat, artinya barang itu harus cepat dikembalikan. Barulah setelah anak dapat bertanggung jawab, dia perlu diberi kepercayaan dan durasinya boleh agak lama, tentunya atas seizin si empunya.

Selain itu, ingatkan anak agar memelihara barang milik orang lain dan tidak merusaknya. Hal ini untuk membentuk sikap menghargai. Selanjutnya terang-kan, barang itu adalah barang orang lain yang harus dikembalikan. Jangan lupa untuk menga-jarkan terima kasih pada saat mengembalikan.

Jika anak ngambek tak mau mengembalikan, orangtua perlu menjelaskan hak dan kewajiban dengan sederhana, bahwa barang itu bukan barang miliknya (hak), dan kewajibannyalah untuk mengembalikan secara baik-baik. Tanyakan, apa yang membuatnya sangat tertarik pada benda tersebut. Di rumah, ajak dia mencari benda miliknya yang mirip dengan barang/mainan kepunyaan temannya itu. Dengan demikian, anak tak terlalu merasa kehilangan jika mainan temannya dikembalikan. Walaupun bereaksi sedih, anak harus dituntun untuk mengembalikan benda pada orang yang meminjamkan.

Di sisi lain, anak pun harus diajarkan menghargai barang miliknya. Kalau tidak, mungkin saja ia menyenangi barang orang lain tetapi tidak menghargai barang miliknya. Sikap ini cenderung mendorongnya untuk selalu merebut milik orang lain. Atasi dengan mengembalikan rasa bangga pada diri anak terhadap benda-benda miliknya. Caranya, kenalkan hal-hal positif dan kelebihan dari mainannya. Entah itu robotnya yang bisa bergerak, bersuara, atau bonekanya yang lucu.

Jika ada barang yang tak boleh dimainkan, berikan penjelasan dengan baik. "Adek tidak boleh memainkan barang ini karena kalau jatuh dan pecah, Ibu tidak dapat memakainya lagi." Dengan demikian anak bisa memahami dan sekaligus mendapat informasi yang memuaskan. Jika anak tidak patuh pada aturan, membandel, dan tak mau dinasihati, jelaskan secara perlahan dan berulang sampai ia paham.

AJARKAN BERBAGI

Tahap selanjutnya, anak bisa diajarkan berbagi. Jika dia biasa meminjam mainan temannya, maka mainan miliknya juga boleh dipinjam orang lain. Agar pesan kita mudah ditangkap, cobalah cari contoh lain yang akrab dengan anak. Bisa berupa makanan, buku bergambar, bacaan, dan lain-lain. Mulailah dari anggota keluarga terlebih dahulu. Saat anak hendak mengambil pulpen milik ayah, jelaskan dia harus meminta izin terlebih dahulu, plus mengucapkan terima kasih saat mengembalikan.

Selain itu, jadilah teladan buat anak. Ajarkan bagaimana menghargai hak milik orang lain. Contoh, saat melihat kue lezat si kecil terhidang di meja, jangan sekali-kali mengambilnya tanpa izin. Ingat, kue itu milik anak yang harus dihargai. Mintalah izin dan jangan memaksa mengambil jika anak tak mengizinkan. Hal lain yang perlu diingat, jangan sekali-kali menyerahkan mainan atau benda milik anak kepada anak lain tanpa seizinnya. Itu tidak hanya melukai anak, tapi juga mengajarinya untuk tidak menghargai hak milik orang lain. Jangan lupa, anak belajar dari apa yang dilihat dari orang terdekatnya. Jika Anda sering melanggar hak orang lain, jangan harap anak bisa menghargai kepunyaan orang lain.

Saeful Imam. Foto: Iman/NAKITA

sumber :http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=09422&rubrik=batita


13 Apr 2010

Behind PESAT2010




ajang narsis-me di PESAT Semarang 2010

PESAT SEMARANG 2010 D-1




Akhirnya, PESAT Semarang 2010 selesai juga diselenggarakan. Kali ini joint event dengan TELKOM cq bid Marketing Reg-IV. Dapat fasilitas ruangan yg luas, in focus projector 2bh, big screen: 2, goodie bag (paper bag, blocknote, bollpen, name tag) plus 20 dorprize payung n potmug serta 1 dorprize HP Flexi Muslim Chatting. Ditambah ada beberapa dorprize juga dari sponsor pendukung. Dan juga 3 buku Q&A Smart Parent for Healthy Children dari Bunda.
Sayang, karna promo kami yg kurang gencar dan terlalu mepet makanya peserta di hari pertama masih jauh dari target.
Emang sih, agak sulit nyari peserta seminar di Semarang. Dengan bandrol 65rb dibilang mahal :-( Heran deh ya. Tapi panitia tetep semangat lah. Toh peserta yg datang sangat antusias menyimak materi yang diberikan.
PESAT diselenggarakan 2 hari, 10-11 April 2010 di aula lt 8 gedung Telkom.
Materi hari 1: seputar kehamilan & kelahiran, imunisasi & tumbuh kembang anak.
Bunda datang bersama dr Windhi Kresnawati.
H-1 ada talkshow on air di Female Radio FM.
Salut buat peserta yg aktif bertanya & menjawab pertanyaan. Be smarter be healthier.

Thanks to : YOP, Bunda n dr Windhi, TELKOM cq Bu Tina cs sebagai sponsor utama yg sudah mensupport penuh kegiatan ini, Female Radio FM dengan talkshow on air bersama Bunda serta live report dari seminar PESAT, para peserta PESAT dan tentu saja emak2 panitia dengan support dari keluarga tercinta.



PESAT SEMARANG 2010 D-2




Ini foto2 hari ke-2. Materi nya:
1. Common problem in pediatric I (batuk, pilek, muntah, diare) --> dr windhi
2. Common problem II (demam & kejang demam) ---> sharing dari SP : Ellen
3. RUD & AB ---> Bunda
Peserta di hari ke2 lebih banyak darii hari pertama. Mungkin juga karna hari minggu ya.
Karna materi cukup padat, maka tidak ada break secara resmi. Sambil makan snack dan maksi, materi tetep jalan.
Sayang, Bunda & dr Windhi musti buru2 pulang di jam 13.30 karna pesawat jam 15 dan belum sempat check in.

Mudah2an tahun depan PESAT Semarang 2011 bisa kembali diselenggarakan.
*berharap bisa jadi peserta ^_^*

Thanks to : YOP, Bunda n dr Windhi, TELKOM cq Bu Tina cs sebagai sponsor utama yg sudah mensupport penuh kegiatan ini, Female Radio FM dengan talkshow on air bersama Bunda serta live report dari seminar PESAT,Bapak-e Ojan yg jd moderator di topik 1, Sri Diva Catering buat konsumsi D2(maafkan klo bolbal telp merubah jumlah konsumsi ^_^), para peserta PESAT dan tentu saja emak2 panitia dengan support dari keluarga tercinta.