21 Sep 2008

[EVENT SHARING ASI] Kenangan Masa Menyusui Yang Tak Terlupakan

Catatan ini dibuat dalam rangka mengikuti Event Sharing ASI yang ada di sini

=========================================================================== 

Tulisan ini merupakan kilas balik masa menyusui Fayyaz yang sekarang usianya 28.5 bulan dan sudah tidak menyusu. Tapi kenangan masa-masa menyusui selama 2 tahun sangatlah lekat di memoriku. Bagaimana tidak, masa yang jelas tidak mungkin terulang kembali dengan Fayyaz. Dan merasa bersyukur, karena bisa memberikan ASI buat dia.

Waktu hamil Fayyaz, aku mengenal ASI Eksklusif dari majalah dan tabloid serta buku kehamilan yang aku baca. Maklum, pada saat itu aku belum kenal ama milis afb dan sehat. Sejak resign dari perusahaan setelah menikah, aku emang jarang berinternet dan juga bertelepon ria dengan teman-teman. Soalnya musti bayar, gak gratis lagi kayak pas kerja he..he.. Alhasil, aku gak punya teman sharing selama kehamilan. Kalaupun sharing, paling seputar keluhan di masa kehamilan. Jadi tidak ada teman yang mempromokan ASIX kepadaku.

Meski begitu, aku sudah bertekad buat memberikan ASIX buat bayiku sesuai dengan artikel-artikel yang aku baca. Dan tekad itu disupport oleh suami tercinta. Jelas dong, khan jadi gak perlu ada anggaran beli susu formula tuh. Tapi, karna cuma sekedar membaca, aku jadi kurang ngerti musti bersikap gimana pada saat di rumah sakit nanti. Gak ngerti k’lo ada IMD, soalnya waktu itu lom gencar artikel tentang IMD di majalah-majalah. Gak ngerti k’lo musti minta ke pihak RS buat bisa memberikan ASIX.

Setelah melahirkan Fayyaz pada tanggal 4 Mei 2006 dengan SC, aku langsung dipisahkan dari bayiku. Bahkan karna pas lahir gak ada tangisannya, maka aku baru bisa melihat dia ketika keluar dari ruang operasi. Aku operasi siang hari dan sampai sore baru dipertemukan lagi ama bayiku, itupun cuma sebentar. Dan Fayyaz sudah mengenal sufor terlebih dahulu.

Tapi, walaupun pihak RS memberikan bayi sufor, mereka masih menyuruh ibu untuk belajar menyusui. Jadi, keesokan harinya aku belajar menyusui dibantu oleh suster. Karena kondisi jahitan masih sakit dan belum lepas kateter, alhasil susah dapet posisi yang nyaman. Duduk belom bisa, miring juga sakit, jadi belajarnya cuman sebentar. Alhamdulillah, walau ASI lom keluar tapi sepertinya Fayyaz mendapatkan cairan emasnya, si kolostrum.

Hari ketiga, ASI-ku keluar bahkan sampai menetes. PD mulai bengkak dan tidak nyaman. Aku sudah bisa turun dari tempat tidur. Mulai hari ketiga itu, Fayyaz mulai sering diantar ke kamarku dan disuruh untuk belajar menyusui. Meski udah baca buku tentang menyusui dan melihat gambar posisi menyusui, ternyata aku mengalami kesulitan dalam menemukan posisi menyusui yang nyaman. Fayyaz lahir dengan BB cuman 2.6kg, jadi agak kecil deh, musti disangga dengan bantal. Setelah berhasil dengan PD kiri, aku masih kesulitan untuk menyusui dengan PD kanan. Hari ketiga malam hari, PD ku bengkak gak karu-karuan. Karna udah gak tahan dengan bengkaknya, aku mencoba untuk memerahnya. Lagi-lagi, karna ilmu yang kurang, beli breastpump nya pun salah karna mendadak musti beli. Merah pake tangan, gak kepikiran sama sekali. Pas lagi merah dengan susah payah, DSOG ku visit. Karena melihat aku sedang memerah PD yg bengkak, maka disuruhlah suster untuk membawa bayiku ke kamar buat disusui. DSOG ku bilang bahwa lebih baik disusukan ke bayinya daripada dipompa. Tapi, karna kemungkinan Fayyaz udah kenyang dengan sufor sebelum tidur, maka percuma aja. Dia gak mau menyusu, jadi PD ku tetap aja bengkak.

Hari keempat sebelum pulang, di RS sedang ada acara dalam rangkat merayakan HUT RS. Jadi, Fayyaz bisa berada di kamarku terus. Sejak pagi sesudah dijemur sampai siang pas kita mo pulang. Aku belajar menyusui terus. Dan masih belum sukses dengan PD kanan. Siangnya kita pulang ke rumah. Di perjalanan dari RS ke rumah yang cuman 5 menit itu, Fayyaz haus. Karna dia dipangku neneknya di belakang, aku gak bisa menyusui. Terpaksa diberikan sufor yang udah dibikinkan pihak RS. Dan itulah sufor terakhir yang diminum Fayyaz. Aku udah bertekad bahwa di rumah harus bisa memberikan ASI, karna udah niat buat memberikan ASIX 6 bulan. Jadi, sufor yg masih banyak di kalengnya ya dibuang aja.

Hampir 2 minggu lamanya aku berjuang untuk bisa sukses memberikan ASI. Keluhan PD bengkak, puting lecet bergantian itu yang aku alami. Bahkan pernah pas sore-sore stelah capek menerima banyak tamu, aku sampai menangis dan gak mau ditengok sapapun di kamar. PD ku bengkak, badan rasanya udah gak enak sedikit demam. O iya, pas putingku lecet akhirnya aku memompa ASI. Jadi pas lagi di kamar sendiri, bayiku diberikan ASIP sama neneknya. Selain itu, pernah juga Fayyaz minum air putih hanya gara-gara pas terbangun malam-malam dan aku gak dengar padahal ada di sebelahnya, sama neneknya dikasih air putih karna gak tega membangunkan aku yang capek banget.

Setelah 2 minggu berlalu, akhirnya keluhan tentang PD bengkak & puting lecet berakhir juga. Sekaligus, aku sudah lancar menyusui kanan & kiri. Senangnya, karna gak perlu capek-capek memompa lagi. Aku bisa menyusui langsung kapanpun. Dan yang aku juga gak pernah lupa, hampir sebulan pertama pas menyusui malam hari aku selalu dibantu oleh suami untuk mengangkat bayiku dan meletakkannya kembali ketika sudah selesai. Rasa sakit di bekas jahitan operasi yang bikin aku sulit untuk miring2.

Perjuangan belum selesai, di minggu awal-awal, Fayyaz k’lo nyusu lama banget. Entah karena dia cowok atau fase growthspurt. Jadi k’lo menyusui malam hari, Masya Allah rasanya berat nih mata. Menyusui sambil duduk, kepala rasanya berat banget. Padahal Fayyaz bisa menyus tiap 2 jam sekali dan sekali menyusu bisa 30 menit.

Dan ketika semua sudah berjalan dengan lancar tanpa keluhan-keluah lagi, rasanya kegiatan menyusui itu semakin menyenangkan. Berkat ASI, usia 2 bulan Fayyaz dah diajak ke undangan pernikahan tanpa perlu repot membawa botol dan air panas. Usia 3 bulan, dibawa ke undangan nikah di luar kota juga enjoy aja. Berat badannya juga meningkat pesat.

Usia 5.5 bulan, Fayyaz diajak mudik ke Subang[Jabar]. Lagi-lagi karna ASI, kita gak perlu repot bawa botol & air panas. Selama di perjalanan tidak pernah rewel. Kalau lapar & haus tinggal buka kran he..he.. Kemudian pas lebaran hari kedua kita perjalanan dari Subang-Tambun-Jakarta-Bogor-Depok dan esok harinya Depok-Jakarta-Subang. Ayah bundanya dah teler berat, dianya tetap sehat. Hanya sedikit capek karna digendong sana sini. Dan hari keempat lebaran kita kembali ke Semarang. Jadi dalam waktu 3 hari, Fayyaz sudah diajak melakukan perjalanan hampir 1000 km. Hebatnya anak ASI, dia tidak rewel, tidak demam dsb.

Usia 6 bulan, akhirnya lulus ASIX walaupun gak 100% karna di awal-awal sempat kena sufor & air minum. Alhamdulillah, masih tetap bersyukur karna tetap 99% adalah ASIX. Fayyaz mulai mengenal MPASI dan tetap dapat ASI tanpa tambahan sufor.

Menginjak usia 11 bulan, mulai tergoda dengan susu lanjutan karna berat badannya yg naik cuman dikit banget. Tapi Fayyaz lebih pintar, karna dia gak mau sama sekali ama susu kalengan. Ya udah deh, tetap kembali ke ASI. Lagipula, sayang rasanya menghentikan kegiatan menyusui ini. Apalagi kalau mengingat perjuangan yang lumayan berat di awal-awal masa menyusui.

Ketika sudah 18 bulan, kita memutuskan untuk memberikan ASI sampai usia 2 tahun saja. Akhirnya, pas usia 21 bulan Fayyaz mulai disapih pelan-pelan dengan mengurangi frekuensi menyusu. Awalnya berat buat dia, karna biasa menyusu kapanpun dia pengen. Tapi dengan digendong  dan dibelai, akhirnya dia mulai terbiasa. Dan tepat 2 tahun akhirnya Fayyaz berhenti menyusu sendiri. Alhamdulillah, slow weaning memang cara paling tepat untuk menyapih. Karna tidak menyakiti ibu dan anak. Anak tidak merasa dicampakan dan si ibu tidak mengalami bengkak2 di PD yg berlebihan. Kalaupun bengak, cuma sedikit karna produksi ASI yang masih ada sedikit.

Senang dan bangga rasanya bisa menyusui sampai usia 2 tahun. Ya walaupun belum apa-apa, dibanding teman-teman yang bisa menyusui lebih dari 2 tahun. Tapi setidaknya aku bersyukur karna bisa memberikan ASI buat Fayyaz tanpa menyelingi dengan sufor. Dan terbukti, daya tahan tubuh Fayyaz benar-benar oke. Selama ASIX tidak pernah sakit termasuk demam sekalipun. Baru di usia 10 bulan dia demam yang kata dokter kena radang tenggorokan. Penyakit batuk pilek yang biasanya menjadi langganan anak-anak, baru menimpa Fayyaz di usianya yang ke-17 bulan. Dan berkat ASI, pileknya sembuh dalam waktu 3 hari.

Berbekal pengalaman pribadi yang sudah merasakan kehebatan ASI inilah, makanya sekarang pingin bisa berbagi ilmu ASI ke temen-temen di sekelilingku. Tidak mudah memang, ada yang bisa menerima tapi ada pula yang tidak. Harapanku, semoga semua ibu di Indonesia kembali lagi ke ASI.

Hidup ASI!!!!

6 komentar:

  1. damar tode, 22 mo and 25 days, masih polllll, semaunya hiks....
    mau disapih kesian, even itu pelan2...

    BalasHapus
  2. hiks hiks...sayangggg nindya hanya bertahan 6 bulan ajah itupun nyambung ma sufor karena musti kerja...n habis 6 bulan produksi asinya ga lancar cuma dikitttt..akhirnya berhenti karena emang asinya udah ga mau keluar lagi......sedih deh....

    BalasHapus
  3. Dyah, saya agak susah nih bacanya, mungkin karena backgroundnya apa karena warna tulisannya putih...hihihi...tapi makasih dah partisipasi ya

    BalasHapus
  4. Emang iya sih, mbak. Bersyukur deh masih bisa menyusui sak polle :-) Fayyaz k'lo liat ada yg nenen, jg kadang masih pengen he..he..

    BalasHapus
  5. Gak usah bersedih, yg penting udah berusaha khan..

    BalasHapus
  6. Loh kalo di aku kok malah ga ada tulisannya sama sekali. Cuma ada fotonya doank...Help Mba...

    BalasHapus